Sabtu, 26 Januari 2019

ISIM ISYAROH (KATA TUNJUK)

PENDAHULUAN

Isim isyaroh termasuk salah salah satu diantara isim makrifat yang enam dan berada di urutan ketiga dalam daftar isim makrifat sesudah isim dhamir dan alam, adapun pembahasan seputar isim isyaroh ini meliputi tiga topik berikut
Pertama: definisi isim isyaroh
Kedua: lafadz-lafadz isim isyaroh
Ketiga:  pembagian isim isyaroh ditinjau dari sisi dekat-jauhnya musyar ilaih
Keempat: kaf khitob dalam isim isyaroh.
Berikut kami akan sajikan topik di atas satu persatu.

DEFINISI ISIM ISYAROH

Isim isyaroh adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan benda-benda yang ada di sekitar kita baik dekat ataupun jauh, contoh:
هَذَا قَلَمٌ   = ini pulpen
ذَلِكَ جَبَلٌ  = itu gunung
Dalam contoh di atas kata tunjuk yang dipakai adalah (هَذَا) dan (ذلك) sedangkan kata yang ditunjuk adalah (قلم) dan (جبل), dalam tata bahasa Arab kata tunjuknya disebut dengan isim isyarah  ( أسماء الإشارة) sedangkan kata yang ditunjuk disebut dengan musyar ilaih (المشار إليه).

LAFADZ-LAFADZ ISIM ISYAROH

Adapun lafadz-lafadz yang masuk dalam kelompok isim isyaroh yaitu:
1. (ذَا) untuk 1 laki-laki baik berakal maupun tidak.
2. (ذِى-تِه) untuk 1 perempuan baik berakal ataupun tidak.
3. (ذَانِ-ذَيْنِ) untuk 2 laki-laki baik berakal ataupun tidak.
4. (تَانِ-تَيْنِ) untuk 2 perempuan baik berakal ataupun tidak.
5. (أولاء) untuk banyak orang baik laki-laki atau perempuan, akan tetapi kata tersebut hanya diperuntukkan bagi yang berakal, untuk yang tidak berakal maka kata yang harus dipakai adalah (ذى- تى), contoh:
هَذِهِ كُتُبٌ    "ini adalah buku-buku"
تِلْكَ فَوَاكِهُ   "itu adalah buah-buahan"

ISIM ISYAROH DITINJAU DARI DEKAT JAUHNYA MUSYAR ILAIH

1. KATA TUNJUK DEKAT (أَسماء الإشارة للقريب)

a. هَذَا = adalah kata tunjuk dekat untuk 1 laki-laki (mufrad-mudzakkar), contoh:
هَذَا كِتَابٌ  "ini sebuah buku"
هَذَا تَلْمِيذٌ  "ini seorang murid (lk2)

b. ه‍َذِهٖ  = adalah kata tunjuk dekat untuk 1 wanita (mufrad-muannats), contoh:
هَذِهٖ سَيَّارَةٌ  "ini sebuah mobil"
ه‍َذِهٖ تِلْمِيذَةٌ  "ini seorang murid (pr)"

c. هَذَانِ/هَذَيْنِ = adalah kata tunjuk dekat untuk 2 laki-laki (tatsniyah-mudzakkar), akan tetapi kata (هَذَانِ) hanya dipakai saat rafa' sedangkan kata (هَذَيْنِ) dipakai saat nashob dan jir, contoh:
جَاءَ هَذَانِ الرَّجُلَانِ (rafa')
Telah datang 2 laki-laki ini
أكْرِمْ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ (nashob)
Hormatilah 2 laki-laki ini
سَلَّمْتُ عَلَى هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ (jir)
Aku mengucapkan salam pada 2 laki-laki ini

d. هَتَانِ/ هَتَيْنِ  = adalah kata tunjuk dekat untuk 2 perempuan (tatsniyah-muannats), akan tetapi kata (هتان) hanya dipakai saat rafa' sementara kata (هتين) dipakai saat nashob dan jir, contoh:
جَأتْ هَتَانِ الْمَرْأَتَيْنِ (rafa')
2 perempuan ini telah datang
أَكْرِمْ هَتَيْنِ الْمَرْأَتَيْنِ (nashob)
Hormatilah 2 perempuan ini
سلَّمْتُ عَلَى هَتَيْنِ الْمَرْأَتَيْنِ (jir)
Aku mengucapkan salam kepada 2 perempuan ini

e. ه‍َؤُلاَءَ = adalah kata tunjuk dekat untuk 3 orang ke atas baik laki-laki maupun wanita contoh:
هَؤُلَاءِ تَلَامِيذُ  "ini adalah para siswa (lk2)"
هَؤُلٓاءِ مُؤْمِنَاتٌ "ini adalah para (pr) beriman"

2. KATA TUNJUK JAUH (أسماء الإشارة للبعيد)

a. ذَلِكَ = kata tersebut adalah kata tunjuk jauh untuk 1 laki-laki (mufrad-mudzakkar), contoh:

ذَلِكَ كِتابٌ   "itu sebuah buku"

b. تِلْكَ  = kata tersebut adalah kata tunjuk jauh untuk 1 perempuan (mufrad-muannas), contoh:

تِلْكَ سَيَّارَةٌ   "itu sebuah mobil"

c. ذَانِكَ/ذَيْنِكَ  = kata tersebut dipakai sebagai kata tunjuk untuk 2 laki-laki ( tasniyah - Muzakkar), hanya saja kata (ذَانِكَ) dipakai saat rafa' sementara kata (ذَيْنِكَ) dipakai saat nashob dan jir, contoh:

جَاءَ ذَانِكَ الرَّجُلَانِ (rafa')
Dua laki-laki itu telah datang
أَكْرِمْ ذَيْنِكَ الرَّجُلَيْنِ (nashob)
Hormatilah 2 laki-laki itu
مَرَرْتُ بِذَيْنِكَ الرَّجُلَيْنِ (jir)
Aku berjumpa dengan 2 laki-laki ini

d. تَانِكَ/تَيْنِكَ = kata tersebut dipakai sebagai kata tunjuk untuk 2 perempuan (tatsniyah-Muannats) , hanya saja kata (تانك ) dipakai saat rafa' sementara kata (تَيْنِكَ) dipakai saat nashob dan jir, contoh:

جَأَت تانِكَ الْمَرْأَتان (rafa')
Dua perempuan itu telah datang
أَكْرِمْ تَيْنِكَ الْمَرْأَتَيْنِ (nashob)
hormatilah 2 perempuan itu
سَلَّمْتُ عَلَى تَيْنِكَ الْمَرْأَتَيْنِ (jir)
Kuucapkan salam pada 2 perempuan itu

e. أُولَئِكَ  = kata tersebut digunakan sebagai kata tunjuk jauh untuk 3 orang atau lebih baik laki-laki atau perempuan, contoh:

 أُولَئكَ مؤْمِنُونَ  "itu adalah para (lk2) mukmin
أولَئِكَ مُؤْمِنَاتٌ   "itu adalah para (pr) mukmin

KAF KHITOB DALAM ISIM ISYAROH


Menurut kesepakatan para ahli nahwu kaf khitob termasuk kalimat huruf, kendati demikian harkat dari huruf tersebut bisa berubah-ubah layaknya kaf dhamir, dengan demikian maka:
 
1. Apabila lawan bicara yang dihadapi adalah seorang laki-laki maka kaf khitobnya di baca fathah, contoh:

 يا خَالِدُ ! ذَلِكَ كِتَابُكَ
"Wahai kholid itu adalah bukumu"

2. Apabila lawan bicara yang dihadapi adalah seorang wanita maka kaf khitobnya dibaca kasroh, contoh:

يَا عَائشَةُ ذَلِكِ كِتَابُكِ
Wahai Aisyah itu adalah bukumu

3. Apabila lawan bicara yang dihadapi adalah 2 orang pria atau wanita maka kaf khitobnya dibaca dhommah kemudian ditambah mim dan Alif di belakangnya, contoh:

يَاخالِدَانِ ذَلِكُمَا كِتَابُكُمَا
Wahai 2 pria bernama kholid itu bukumu

يَا عَائِشَتَانِ ذَلِكُمَا كِتَابُكُمَا
Wahai 2 wanita bernama Aisyah itu bukumu

4. Apabila lawan bicara yang dihadapi adalah 3 orang laki-laki atau lebih maka kaf khitobnya dibaca dhommah kemudian ditambah mim mati, contoh:

يَاخَالِدُونَ ذَلِكُمْ كِتَابُكُمْ
Hai para pria bernama kholid itu bukumu

5. Apabila lawan bicara yang dihadapi adalah 3 orang perempuan atau lebih maka kaf khitobnya dibaca dhommah kemudian ditambah dengan nun, contoh:


يَا عَائِشَاتَ ذَلِكُنَّ كِتَابُكُنَّ
Hai para wanita bernama Aisah itu bukumu







Selasa, 22 Januari 2019

LA NAFIYAH LIL JINSI DITINJAU DARI SISI MAKNANYA


Dalam tata bahasa arab, terdapat dua huruf nafi yang sama-sama masuk dalam kategori Amil nawasikh yaitu la nafiyah Hijaziyah serta la nafiyah Lil jinsi, meskipun keduanya memiliki kesamaan huruf namun keduanya memiliki banyak perbedaan dari sisi makna maupun amal, adapun perbedaan keduanya dari sisi amal yaitu jika huruf pertama (la Nafiiyah hijaziyah) berfungsi seperti Kana waakhawatuha sementara huruf kedua (la Nafiiyah Lil jinsi) berfungsi seperti Inna wa akhawatuha, akan tetapi perbedaan makna antara kedua huruf tersebut masih samar, baik bagi santri atau para pelajar yang menekuni bidang studi ini, maka dalam tulisan ini penulis tertarik mengulas sedikit perbedaan makna kedua kata tersebut.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini:
لَا شُرْطِيٌّ نَائِمًا
"Bukan satu polisi yang tidur"
لاَشُرْطِيَانِ نَائِمَيْنِ
"Bukan dua polisi yang tidur"
 لَاشُرْطِيَ نَائِمٌ
"Tiada seorang polisipun yang tidur"
Huruf Nafi (لا) yang terdapat dalam contoh pertama adalah la Nafiiyah hijaziyah yang memiliki fungsi layaknya ليس (tarfa'ul Isma wa tanshibul Khobara). Adapun makna yang terkandung di balik contoh tersebut yaitu menafikan adanya seorang oknum polisi yang tidur bukan dua atau lebih, artinya bisa saja yang tidur itu malah dua polisi atau lebih.
Sama seperti contoh pertama, huruf Nafi (لا) dalam contoh kedua juga disebut dengan la Nafiiyah hijaziyah. Adapun makna yang terkandung di balik contoh tersebut yaitu menafikan adanya dua oknum polisi yang tertidur bukan satu atau banyak, sebab bisa saja ada satu atau banyak (lebih dari dua) polisi yang tertidur.
Sementara huruf Nafi (لا) dalam contoh ketiga adalah la Nafiiyah Lil jinsi yang memiliki kemampuan layaknya Inna wa akhawatuha, adapun makna yang terkandung di balik contoh tersebut yaitu menyatakan bahwa tidak ada satu polisipun yang tidur entah itu satu, dua, atau lebih, dengan kata lain, semua polisi tidak ada yang tidur.


Sabtu, 19 Januari 2019

JAMAK MUDZAKKAR SALIM


a. Definisi Jamak Mudzakkar Salim Beserta Tanda I’robnya
Dalam tata bahasa arab disebutkan bahwa jamak mudzakkar salim adalah isim yang menunjukkan arti lebih dari dua yang serupa dalam lafadz dan maknanya dengan tambahan huruf di akihirnya serta dapat dibentuk mufrad.Dan isim tersebut tanda i’robnya adalah rafa’ dengan wau sebagai ganti dari dhammah. Sedangkan nashab dan jirnya dengan ya’. Contoh:
فَرِحَ الْمُؤمنُونَ – اِحْتَرِم الْمُتَأدِّبِينَ ـ انْظُرْ إِلَى الْمُهذَّبِينَ
b.    Syarat-syarat jamak mudzakkar salim
Adapun kalimat yang dapat dibentuk jamak dengan jamak mudzakkar salim ada dua kategori, yaitu isim jamid dan isim musytaq. Isim jamid dapat dibentuk jamak dengan jamak mudzakkar salim apabila memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Isim alam/kata nama. Contoh: صَالِحْ ـ حَامِدْ . dengan demikian isim jenis (رَجُلٌ) tidak dapat diubah kedalam bentuk jamak mudzakkar salim kecuali jika kata tersebut diubah ke dalam sighat tasghir terlebih dahulu karena dianggap menempati tempatnya sifat (رُجَيْل ـ رُجَيْلُونَ).

2.  berbentuk mudzakkar. Oleh sebab itu nama perempuan tidak boleh diubah ke dalam bentuk jamak mudzakkar salim. Seperti: رُقَيّة ـ مَريم 

3.  nama manusia, oleh karena itu, nama sebuah negara tidak dapat diubah ke dalam bentuk jamak mudzakkar salim kecuali ditambah dengan ya’ nisbat diakhirnya karena dianggap menempati tempatnya sifat. (مَكِّى ـ مَكِّيُونَ)

4. bebas dari ta’ ta’nits. Dengan demikian nama orang laki-laki yang berakhiran ta’ ta’nits (seperti  طَلْحَة ـ حَمْزَة) tidak dapat diubah ke dalam bentuk jamak mudzakkar salim.
Apabila kata-kata tersebut ingin diubah ke dalam bentuk jamak ubahlah dengan menggunakan jamak muannats salim. Contoh:
حمزة bentuk jamaknya adalah حمزَاتٌ
طَلْحَةْ bentuk jamaknya adalah طَلْحَاتٌ

5. Tidak tersusun dari tarkib mazji dan tarkib isnadi. Dengan demikian tarkib mazji dan tarkib isnadi (سِيبَوَيْهِ – طَلَعَ الْبَدْرُ) tidak dapat diubah ke dalam bentuk jamak mudzakkar salim.
Namun apabila seseorang ingin menggunakan tarkib tersebut dalam bentuk jamak mereka cukup menambahkan kata (ذَوُو) di depan kata tersebut ketika rafa’ dan kata (ذَوِي) di depannya ketika nashab dan jir. Contoh:
ذَوُو سيبويهِ (rafa')
ذَوِي سيبويه (nashab-jir)

Sedangkan isim musytaq tidak boleh dibentuk jamak dengan jamak mudzakkar salim kecuali memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Berupa sifat untuk kata benda mudzakkar: dengan demikian kata sifat yang hanya diperuntukkan bagi wanita seperti حَائِضٌ ـ مُرْضِعٌ (haid - menyusui) tidak boleh diubah ke dalam bentuk jamak mudzakkar.

2. Berupa sifat untuk sesuatu yang berakal seperti أُولئك أَبْنَاءٌ صَغِيرُونَ (ini adalah anak-anak laki-laki yang masih kecil) dengan demikian kata sifat yang diperuntukkan bagi sesuatu yang tidak berakal meskipun berbentuk mudzakkar tidak dapat diubah ke dalam bentuk jamak mudzakkar salim. Seperti تِلْكَ بُيُوتٌ صَغِيرَةٌ (ini adalah rumah-rumah yang kecil)

3.Tidak bersambung dengan ta’ ta’nits dengan demikian kata sifat yang diakhiri dengan ta’ ta’nits tidak dapat dibentuk jamak dengan jamak mudzakkar salim meskipun kata tersebut digunakan untuk kalimat mudzakkar dari golongan manusia. Seperti lafadz  عَلامة

4. Berupa kata sifat yang bentuk muannatsnya memakai ta’ ta’nits atau menunjukkan arti tafdhil. Seperti kata (سعيد ـ سعيدة) atau (أَكْبَرُ ـ كُبْرَى). Oleh karena itu, setiap kata sifat yang mengikuti pola (أفعَل - فَعْلاء) seperti kata أَحْمر ـ حمْراء, atau mengikuti pola (فَعْلان - فَعْلى) seperti عَطْشَان ـ عَطْشَى, serta kata sifat yang sama-sama dipakai untuk kata benda mudzakkar dan muannats sekaliggus, seperti kata  صَبُور-جَريحٌtidak dapat diubah ke dalam bentuk jamak mudzakkar salim dengan alasan kata-kata tersebut tidak dimuannatskan dengan ta’ serta tidak menunjukkan arti tafdhil.

C.       Mulhaq jamak mudzakkar salim

Mulhaq jamak mudzakkar salim adalah isim-isim yang tidak memenuhi kriteria jamak mudzakkar salim namun dii’rob seperti i’robnya jamak mudzakkar salim. Adapun isim yang irobnya disamakan dengan jamak mudzakkar salim yaitu:
1.ألُو : merupakan isim jamak dari kata  (ذُو) yang berarti pemilik. Kata tersebut dikategorikan sebagai mulhaq jamak mudzakkar salim dengan alasan kata tidak ada bentuk mufradnya. Contohأُلُوالأرحَام ـ أُلِى الأَلْبَابِ
2.     عِشْرُونَ ـ تِسْعون  
3.      عِلِّيُّون (nama surga)
4.   بنون ـ أهْلُون ـ عالمون – سِنُونَ ـ أَرْضُونَ 

D. format penulisan jamak mudzakkar salim
Adapun tatacara penggunaan jamak mudzakkar salim berbeda-beda disesuaikan dengan perbedaan bentuk isimnya:

1.      Apabila isim yang akan diubah ke dalam bentuk jamak mudzakkar salim  bukan merupakan isim maqshur, dan isim manqush, maka isim tersebut cukup ditambahkan wau dan nun ketika rafa’ atau ya’ dan nun ketika nashab dan jir sedangkan huruf terakhirnya diberi harkat dhammah ketika rafa’ dan kasrah ketika nashab dan jir. Contoh:  
مُسْلِمٌ + ون = مسلمُون   (rafa')
مُسْلِمٌ+ ينَ = مُسْلِمِينَ     (nashob-jir)

2. Apabila isim yang diubah ke dalam bentuk jama' mudzakar Salim adalah isim maqshur maka sebelum ditambahkan tanda jama' huruf terakhirnya (Alif maqshuroh-nya) harus dibuang terlebih dahulu sedangkan huruf di depannya tetap dibiarkan berharkat fathah, contoh:
مُصْطَفَى + ون = مُصْطَفَوْنَ (rafa')
مُصْطَفَى + يْنَ = مُصْطَفَيْنَ  (nashab-jir)

3. Apabila isim yang diubah ke dalam bentuk jama' mudzakar Salim adalah isim manqush maka huruf terakhirnya (ya' lazimah-nya) harus dibuang, contoh:
هَادى+ون= هَادُونَ  (rafa')
هَادِى+ينَ= هادِينَ    (nashob-jir)

 






Jumat, 18 Januari 2019

ISIM TATSNIYAH

A. Definisi isim tatsniyah
Isim tatsniyah atau lebih dikenal dengan sebutan mutsanna adalah isim yang menunjukkan arti dua dengan tambahan Alif dan nun di waktu rafa'nya atau ya' dan nun di waktu nashab dan jirnya, contoh:

جاء الرَّجُلَانِ "telah datang 2 laki-laki" (rafa')
رأَيْتُ الرَّجُلَيْنِ "aku melihat 2 laki-laki" (nashob)
مَرَرْتُ بِالرَّجُلَيْنِ "aku bertemu dg 2 pria"(jir)

B. Isim-isim yang dapat diubah ke dalam    bentuk tatsniyah

Adapun isim-isim yang dapat diubah ke dalam bentuk tatsniyah adalah sebagai berikut:
1. Mufrad: oleh sebab itu isim tatsniyah          (seperti كِتابَانِ), dan jama' (seperti سالِمُونَ)          tidak dapat diubah ke dalam bentuk                tatsniyah.
2. Mu'rob: oleh sebab itu, isim-isim yang        sifatnya mabni seperti isim dhomir tidak dapat diubah ke dalam bentuk tatsniyah.
3. Bukan tarkib: dengan demikian tarkib mazji seperti kata سِبَوَيْه tidak dapat diubah ke dalam bentuk tatsniyah.
Dan apabila seseorang hendak menyebut kata 2 sibawaih dalam bahasa Arab maka ia cukup menambahkan kata (ذَوا) dan (ذوَيْ) di    depannya, contoh:
  ذوا سبويه (rafa')
  ذوَيْ سبويه (nashob-jir)
Apabila ada isim yang bentuknya serupa dengan isim tatsniyah namun tidak memenuhi salah satu ketentuan di atas maka para ahli nahwu menyebutnya dengan istilah mulhaq tatsniyah.

C. Tatacara pembentukan isim tatsniyah

Adapun tatacara pembentukan isim tatsniyah adalah sebagai berikut:
1. Apabila isim tersebut bukan isim maqshur dan manqush maka huruf terakhirnya harus ditambahkan Alif dan  nun pada saat rafa' atau ya' dan nun pada saat nashob dan jir, contoh:
سَيَّارَةٌ + ان = سَيَّارَتَانِ
سيارة + ين= سيَّارَتَيْنِ
2.apabila isim tersebut berupa isim maqshur maka ketentuannya adalah sebagai berikut:
a. Apabila isim tersebut terdiri dari empat huruf maka huruf terakhirnya harus diubah menjadi ya' terlebih dahulu, seperti kata مُصْطَفى ketika diubah ke dalam bentuk tatsniyah menjadi مُصْطَفَيَانِ
b. Apabila isim tersebut terdiri tiga huruf maka huruf terakhirnya harus dikembalikan seperti semula, apabila asalnya wawu maka harus dikembalikan menjadi wawu dan apabila asalnya adalah ya' maka harus dikembalikan menjadi ya', contoh:
عَصَا menjadi عَصَوَانِ/عَصَوَيْنِ
فَتَى menjadi فَتَيَانِ/فتَيَيْنِ
Adapun cara membedakan antara Alif maqshuroh yang asalnya wawu dengan Alif maqshuroh yang asalnya ya' adalah sebagai berikut:
Apabila Alif maqshuroh-nya ditulis dalam bentuk Alif maka huruf tersebut asalnya adalah wawu seperti kata (عَصَا).
Apabila Alif maqshuroh-nya ditulis dalam bentuk ya' maka huruf tersebut asalnya adalah ya' seperti kata (فَتَى).

3. Apabila isim tersebut adalah isim manqush maka huruf ya'-nya harus diperlihatkan lagi sebelum diberi tanda tatsniyah, contoh:
هَادٍ  menjadi هَادِيَانِ / هَادِيَيْنِ