Definisi dan pembagian Maf’ul Fiih
Maf’ul fih atau lebih dikenal dengan dzaraf merupakan salah
satu diantara beberapa cabang maf’ul dalam ilmu nahwu, dalam kitab jami’
durus al-arabiyah disebutkan bahwa dzaraf adalah isim yang dibaca
nashab dengan mengira-ngira arti (فى)
yang digunakan untuk menerangkan waktu serta tempat terjadinya sebuah
peristiwa. Dzaraf terbagi dua macam yait2. Dzaraf makan: yaitu kata yang
digunakan untuk menerangkan tempat terjadinya sebuah peristiwa. Contoh: سِرْتُ فَوقَ الرملِ (aku berjalan di atas pasir)
Nama-nama
waktu dalam bahasa arab (asma’ al-zaman)
Dalam bahasa arab, nama-nama waktu (أسماء
الزمان) terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Mukhtas: yaitu kata keterangan waktu yang dapat digunakan
sebagai jawaban dari kata tanya kapan (مَتَى)
dan berapa (كَمْ). Contoh:
١ـ وُلِدْتُ يَوْمَ الثُّلاَثَاءِ “aku dilahirkan pada hari selasa”
٢ـ صُمْتُ شَهْرًا “aku berpuasa selama satu bulan”
Kata
keterangan waktu dalam contoh pertama (يَوْمَ الثُّلاَثَاءِ) disebut sebagai zaman mukhtas
karena kata tersebut dapat digunakan sebagai jawaban dari kata tanya kapan kamu
dilahirkan (مَتَى
وُلِدْتَ)
Sementara
kata keterangan waktu dalam contoh kedua (شَهْرًا) disebut sebagai zaman mukhtas
karena kata tersebut dapat digunakan sebagai jawaban dari kata tanya berapa
lama kamu berpuasa (كَمْ يَوْمًا صُمْتَ)
Adapun
nama-nama waktu yang masuk dalam bab ini antara lain:
a.
يَوْمٌ (hari)
b.
لَيْلَةٌ (malam)
c.
أُسْبُوعٌ (sepekan)
d.
شَهْرٌ (sebulan)
e.
سَنَةٌ (setahun)
f.
غَدًا (besok)
g.
بَارِحَةٌ (tadi malam)
h. غُدْوَةٌ (waktu antara subuh dan terbitnya matahari)
i.
بُكْرَةً (pagi)
j. عَتَمَةُ (sepertiga malam pertama)
k.
سَحَرَ (waktu menjelang subuh)
2. Mubham: yaitu kata keterangan waktu yang tidak dapat
digunakan sebagai jawaban dari kata tanya kapan (مَتَى)
dan berapa (كَمْ). Contoh:
صُمْتُ
زَمَانًا "aku berpuasa di suatu masa"
Adapun
nama-nama waktu yang masuk dalam bab ini antara lain:
a.
وَقْتٌ
(waktu)
b.
زَمَانٌ
(zaman)
c.
حِينَ
(ketika)
Nama-nama
tempat
dalam bahasa arab (asma’ al-makan)
Sama seperti nama-nama waktu, nama-nama tempat (أسماء
المكان) dalam bahasa arab juga terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Mukhtas:
kata yang menunjukkan arti tempat yang dapat ditentukan dalam bentuk fisik,
seperti rumah (بَيْتٌ), sekolah (مَدْرَسَةٌ), masjid (مَسْجِدٌ), dan lain-lain.
Dan diantara isim-isim tersebut yaitu nama-nama negara, desa, kota, gunung,
sungai, dan lautan.
2. Mubham:
kata yang menunjukkan arti tempat yang tidak dapat ditentukan dalam bentuk fisik, seperti:
a. Nama-nama
arah (أَسْمَاء الجهات),
antara lain:
1) اَمَامَ (di
depan)
2) وَرَاءَ (di belakang)
3) فَوْقَ (di atas)
4) تَحْتَ (di bawah)
5) عِنْدَ (di sisi)
6) مَعَ (bersamaan)
7) اِزَاءَ (di arah lurus)
8) حِذَاءَ (di sekitar)
9) تِلْقَاءَ (di arah
lurusnya)
10)
حَوْلَ (di
sekitar)
11)
بَيْنَ (di antara)
b. Nama-nama jarak (أسْمَاء
المقادير), antara lain:
1) مَيْلاً sepanjang
penglihatan mata (yaitu 10 Gholawat/1848 M dalam fiqhul Islam)
2) فَرْسَخًا 4 mil
3) بَرِيْدًا 4 farsah
Ketentuan-ketentuan
asma al-zaman wa al-makan
Adapun
nama-nama waktu yang berbentuk isim dzahir (asma’ al-zaman al-dzahirah)
semuanya dapat dinashabkan sebagai dzaraf, baik yang mubham maupun yang
mukhtas. Adapun contoh yang pertama (dzaraf zaman mubham) yaitu:
عَمْلتُ
حِينًا وَاسْتَرَحْتُ حِينًا
"aku bekerja pada suatu waktu dan aku istirahat pada waktu
lain"
sedangkan contoh yang kedua (dzaraf zaman mukhtas) yaitu:
قَضَيْتُ
يَوْمًاسَعِيدًا فِى الضَّوَاحِى وَأَمْضَيْتُ يَوْمَ الْخَمِيسِ فِى الرَّيْفِ
"aku menghabiskan hari menyenangkan di pinggiran kota dan
menghabiskan hari kamis di kampung "
Namun apabila nama-nama waktu tersebut berbentuk isim
dhomir maka isim tersebut tidak boleh dibaca nashab melainkan harus dijirkan
dengan huruf (فِى).
Contoh:
يَوْمُ
الْجُمْعَةُ سِرْتُ فِيهِ "hari jumat, aku berjalan di hari tersebut"
Sedangkan nama-nama tempat (asma’ al-makan) tidak
dapat dinashabkan sebagai dzaraf kecuali dalam beberapa tempat berikut:
1. Nama-nama tempat yang mubham, baik berupa arah yang enam
(al-jihah al-sittah), maupun nama-nama jarak (asma’ al-maqodir). Contoh:
قُمْتُ أَمَامَ الأُسْتَاذِ "aku berdiri di depan guru"
ناَمَ الْكَلْبُ
خَلْفَ الْبَابَ "anjing itu tidur di
belakang pintu"
سَافَرْتُ كِيلُومِتْرَيْنِ "aku berjalan sejauh dua kilometer"
رَكِبْتُ
مَيْلاً
Aku berkendara sejauh 1 mil
Dengan
demikian, maka nama-nama tempat yang mukhtash (asma’ al-makaniyah
al-mukhtasoh) tidak dapat dinashobkan sebagai dzaraf tapi harus di-jir-kan
dengan huruf (فِى). Contoh:
تَعَلَّمَ
مُحَمَّدٌ فِى الْمَدْرَسَةِ "muhammad
belajar di sekolah"
نَامَتْ
فَاطِمَةُ عَلَى السَّرِيرِ "fathimah tidur di atas kasur"
2. Isim makan yang terbentuk dari akar kata yang serupa
dengan amil di depannya. Contoh:
حَلَلْتُ
مَحَلَّ الرَّئِيسِ "aku
menempati tempatnya ketua"
جَلَسْتُ
مَجْلِسَ الأسْتَاذِ "aku
duduk di tempat duduknya guru"
Apabila
isim makan tersebut tidak terbentuk dari akar kata yang sama dengan amilnya
maka isim tersebut tidak dapat di-nashab-kan sesbagai dzaraf tapi harus
di-jir-kan oleh huruf (فِى). Contoh:
جَلَسْتُ فِى
مَرْمَى الْكُرَّةِ
aku duduk di tempat pelemparan bola.
Macam-macam dzaraf
Dzaraf, baik berupa kata keterangan tempat (dzaraf
makan) atau waktu (dzaraf zaman), terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Dzaraf mutasharrif: yaitu kata yang tidak hanya dapat diposisikan
sebagai dzaraf atau yang menyerupainya (di-jir-kan dengan من),
tapi juga dapat menempati jabatan lain dalam jabatan-jabatan kalimat isim
seperti fail, mubtada’ , khabar, dll. Diantara dzaraf-dzaraf ini antara lain
adalah:
يَوْم
ـ شَهْر ـ سَنَةٌ ـ أُسْبُوعٌ ـ سَاعَةٌ ـ صَبَاح
ـ مَسَاءُ ـ نَهَار ـ لَيْلَةٌ ـ لَحْظَةٌ ـ مَيْلٌ ـ فَرْسَخٌ ـ
كِيلُو
مترـ
يَمِينٌ ـ يَسَار ـ وَسَطَ ـ وَقْتٌ ـ زَمانٌ ـ شمال ـ جنوب ـ شرق ـ غَرْبٌ
Dzaraf-dzaraf
ini bisa dinashabkan sebagai dzaraf (kata yang digunakan untuk menerangkan
waktu atau tempat terjadinya sebuah peristiwa). Contoh:
سِرْتُ
كِيلُو مِتْرًا "aku berjalan sejauh 1km"
تَقَعُ
سِينَاءُ شَرْقَ قَنَاة سُوِيس "sinai terletak di timur terusan suez"
Sebagaimana juga bisa digunakan untuk selain dzaraf dan
dii’rob menurut kedudukannya dalam kalimat (mubtada’ atau fail dst). Contoh:
الْكِيلُومِتْرُ
أَلْفُ مِتْرٍ
"satu
kilometer setara dengan 1000 meter"
Kata (الْكِيلُومِتْرُ)
dalam contoh di atas menjabat sebagai mubtada’ tanda rafa’-nya dengan dhammah
karena termasuk isim mufrad.
جَاءَ
يَوْمُ الْجُمُعَةِ "hari jumat telah tiba"
Kata (يَوْمُ)
dalam contoh di atas menjabat sebagai fail tanda rafa’nya dengan dhammah karena
termasuk isim mufrad.
الشرقُ
مهْدُ الأَدْيَانِ السَمَاوِيَةِ
Timur adalah tempat lahirnya agama
Kata (الشرقُ)
dalam contoh di atas menjabat sebagai mubtada’ tanda rafa’nya dengan dhammah
karena termasuk isim mufrad.
2. Dzaraf ghairu mutasharrif: zaraf tersebut terbagi menjadi
dua macam
a. Kata yang tidak dapat ditempatkan dalam jabatan apapun kecuali
sebagai dzaraf, diantara dzaraf-dzaraf ini antara lain:
ـ
ذَاتَ يَوْمٍ ـ قَطُّ ـ عُوضُ
b.kata yang tidak dapat ditempatkan dalam jabatan apapun kecuali
sebagai dzaraf, atau sesuatu yang menyerupainya(di-jirkan dengan huruf),
diantara dzaraf-dzaraf ini antara lain:
قَبْلَ
ـ بَعد ـ أَمَام ـ وراء ـ تحت ـ فوق ـ عند ـ أثناء
Adapun
contoh-contoh yang berkaitan dengan dinasobkannya kata-kata tersebut sebagai
dzaraf yaitu:
حَضَرْتُ
قَبْلَ الْمِيعاد "aku
datang sebelum waktunya"
سَأَرْجِعُ
بَعْدَ الْمَغْرِبِ
"aku
akan pulang sesudah maghrib "
Sedangkan
contoh-contoh yang berkenaan dengan di-jir-kan kata-kata tersebut dengan
huruf (مِنْ) yaitu:
حَضَرْتُ
مِنْ قَبْلِ الْمِيعاد "aku datang sebelum waktunya"
سَأَرْجِعُ
مِنْ بَعْدِ الْمَغْرِبِ
"aku akan pulang sesudah maghrib"